JURLA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION ) PADA SISWA KELAS XII TATA BUSANA SMK NEGERI 3 MEULABOH.
Oleh:
CUT KEUMALA
Guru SMK
Negeri 3 Meulaboh
Abstrak:Kegiatan
belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan
mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan
untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan
untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang
didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada
teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Penelitian ini berdasarkan permasalahan : (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya metode pembelajaran
kooperatif model STAD ? (b) Bagaimanakah pengaruh Metode Pembelajaran
kooperatif terhadap motivasi belajar PKn?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah
diterapkannya pembelajaran kooperatif. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi
belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif. (c) memberikan
gambaran metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa dan menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran . setiap putaran terdiri dari empat tahap, yaitu : rancangan, kegiatan
dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas
XII Tata Busana. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III,
yaitu siklus I (68,42%), siklus II (81,58%), siklus III (94,74%). Simpulan dari
penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif
terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa Kelas XII tata Busana SMK Negeri 3
Meulaboh serta model pembelajaran ini
dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PKn.
Kata
Kunci : Pembelajaran kooperatif Tipe STAD.
Pendahuluan.
Guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh
sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan
dalam mengorganisasikan kelas, khususnya di SMK Negeri 3 Meulaboh yang memiliki
berbagai macam program kehlian sangan berpengaruh pada penggunaan metode
mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses
belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan
kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar
mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan
siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang
harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu
mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa,
sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.Dalam penerapannya,
model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena
masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama
yang berbeda-beda.
Menurut Soekamto,Toeti (1997:23), model mengajar dapat diartikan
sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.
Sedangkan pembelajaran menurut Ali,Muhammad (1996:62) merupakan suatu proses
perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran menurut Gagne ( dalam Azhar 1993:23),
“An active process and suggests that teaching involves facilitating active
mental process by students” , bahwa
dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif,
guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran.
Dalam penerapannya model pembelajaran yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan siswa. Untuk model yang tepat, maka perlu diperhatikan
relevasinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Model pembelajaran menurut
Joice dan Weil ( dalam Djamarah, Saiful, 2002:12) adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran,dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.
Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, semakin kecil upaya yang
dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin
baik. Kedua, semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan
siswa belajar juga semakin baik. Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang
dilakukan. Keempat, dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelima, tidak ada
satupun metode yang paling sesuai untuk tujuan, jenis materi,dan proses belajar
yang ada (Rustiyah,NK,1991:23).
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling
terkait. Elemen-elemen tersebut menururt Hasibuan (2002:45) adalah (1)
saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas
individual, dan (4) keterampilan untuk menjamin hubungan antar pribadi atau
keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Pembelajaran kooperatif
menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi
juga dari sesama siswa itu sendiri.
Beberapa metode pembelajaran kooperatif menurut Slavin, antara lain :
Metode STAD (Student Team Achivement Divisions), Metode Jigsaw, Metode GI (Group Investigation),
Metode Struktural.
Metode STAD
Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan
siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling
sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini
paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John
Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar
kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan
elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan
suatu permasalahan” (Soekanto,Toeti, 1997:19 ).
Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode STAD digunakan untuk mengajarkan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian
verbal maupun tertulis. Dalam model pembelajaran
ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari
anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari
berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang
berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada
kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang
sangat sederhana.
Komponen dalam Metode STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama,
yaitu :
1. Penyajian
kelas
Guru
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas
mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.
2. Kegiatan
kelompok
Siswa
mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama
anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan
yang diberikan.
3. Kuis
(Quizzes)
Kuis
adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui
keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan
keberhasilan kelompok.
4. Skor
kemajuan (perkembangan ) individu
Skor
kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor
siswa yang lalu.
5. Penghargaan
kelompok
Penghargaan
keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini
diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok
diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga
diperoleh skor rata-rata kelompok.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan yaitu: (1)
penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif,
(3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan
sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan
dan perbedaannya. Menurtut Oja dan SMA l yang sebagaimana dikutip oleh
Kasbolah, (dalam Sukidin, dkk. 2002 : 55), ciri-ciri dari setiap penelitian
tergantung pada : (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat
kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang
digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antar proyek dengan
sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai
peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalm proses penelitian tindakan
kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini guru
terlibat langsung secara penuh dalam
proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain
dalam penelitian ini perananya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambungan. Kemmis dan Tagart ( dalam Sukidin,dkk 2002 :14) menyatakan
bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian
tindakan pada suatu siklus meliputi
perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan
akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
- Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di Kelas XII Tata Busana semester Ganjil tahun
pelajaran 2011/2012
- Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai
pada bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember 2011 semester ganjil
Tahun Pelajaran 2011/2012.
- Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi
kelas XII Tata Busan Tahun Pelajaran 2011/2012
Pada pokok bahasan Pancasila sebagai Idiologi Terbuka
B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang
hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya
langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama
dalam penelitian tindakan adalah adanya
partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok
sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang
dicoba sambil jalan dalam mendeteksi
memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
teersebut dapat mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut :
- Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
- Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
- Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien
- Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
- Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82-83).
C. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang
fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai
bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu;(2) Untuk menentukan
apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai
(Arikunto, Suharismi, 2002: 19). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa secaraa individual maupun secaraa klasikal.
Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan
siswa sehingga dapat dilihat
dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk
memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi
(pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam
aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
D. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui kefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang
dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis paa setiap akhir putaran.
Analisi ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana
yaitu :
- Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas
tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :
X =
Dengan : X =
Nilai rata-rata
∑ X =
Jumla semua nilai siswa
∑
N = Jumlah siswa
- Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu
secaraa perorangan dan secaraa klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan
belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut
tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya
serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung presentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut :
P = x 100%
- Untuk lembar observasi
a.
Lembar observasi pengelola metode pembelajarn
koooperatif model STAD.
Untuk menghitung lembar observasi
pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD digunakan rumus sebagai
berikut :
X
=
Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat
2
b.
Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi
aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
%
= x 100 % dengan
X
= =
Dimana : % = Presentase pengamatan
X =
Rata-rata
∑
x = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
Hasil Penelitian
Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria
kurang baik adalah memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajran,
pengelolaan waktu, dan siswa antusias.
Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu
kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk
refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Bahwa aktivitas guru yang paling dominan
pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep,
yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi
umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu
masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan
adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain
yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok,
diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu
masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5 %.
Pada siklus I, secaraa garis besar
kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD
sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominanuntuk
memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru
oleh siswa.
Dapat dijelaskan bahawa dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif model STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 6,79 dan ketuntasan
belajar mencapai 68,42% atau ada 8 siswa dari 19 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahawa paa siklus pertama secaraa klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,42% lebih
kecil dari presentase ketuntasan yangt dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan akrena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model STAD.
Deskripsi Siklus II
Hasil dari aspek-aspek yang diamati pada
kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajarn kooperatif model STAD mendapatkan penilaian yang
cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut
belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.
Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Bahwa aktifitas guru yang paling dominan
pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami
peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan
balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit (11,7).
Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang
paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok
yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami
peningkatan. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara
siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum
pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan adalah
membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%),
menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi
(10,8%).
Diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 7,29 dan ketuntasan belajar mencapai 81,58% atau ada 9 siswa dari
19 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secaraa klasikal telah
mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahaw setiap akhir
pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa
lebih termotivasi ntk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa
yang dimaksudkan dan diinginkan guru
dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model STAD.
Deskrepsi Siklus III
Dapat dilihat aspek-aspek yang diamati
pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD mendapatkan penilaian cukup
baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang
mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%),
menyampiakan materi/strategi
/langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun
aktivitas ynag tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi
siswa (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang
paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok
yaitu (22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas
yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainnya
mengalami penurunan.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai
rata-rata tes formatif sebesar 7,97 dan dari 19 siswa yang telah tuntas
sebanyak 18 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang
telah tercapai sebesar 94,74% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus III ini di pengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif moel STAD sehingga siswa
menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus,
hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
2.
Metode pembelajaran kooperatif model STAD
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(68,42%), siklus II (81,58%), siklus III (94,74%).
3.
Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat
menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan.
4.
Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun
kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok.
5.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon .
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses
Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra.
Hadi, Sutrisno. 1982. metodologi
research, jilid I.yogayakarta: yp. Fak. Psikologi UGM.
Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian
Untuk Guru–Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rustiyah, N.K.1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto. Toeti. 1997. Teori Belajar
dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya: Insane Cendekia.
Komentar
Posting Komentar