KONSE[ PENDEKATAN SCIENTIFIC
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
BY Soemarno Sapsuha
A. Pengertian
dan Tujuan
Sejalan
diawalinya penerapan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah, atau
pendekatan saintifik, atau scientific aproach menjadi bahan
pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini
menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.
Tujuh
aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan
berpikir untuk mengembangkan sifat keingintahuan siswa. Dengan itu diharapkan
siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat di sekitarnya,
mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin
diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu
merumuskan masalah atau merumuskan hal yang ingin diketahuinya.
B.
Kriteria Pendekatan
scientific
1. Materi pembelajaran berbasis
pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon
siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi
siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi
siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori,
dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
C.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Dalam
langkah atau Proses pembelajaran scientific menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (tahu mengapa),
pengetahuan (tahu apa), dan keterampilan (tahu bagaimana).
a. Ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
b. Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
c. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil
akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk
semua mata pelajaran.
Langkah
selanjutnya adalah memulai kegiatan inti pembelajaran dengan selalu dengan
aktivitas pengamatan. Siswa mengamati fenomena dalam bentuk video,
gambar, kerangka pikir, teks, bahkan fenomena sosial maupun alam. Dalam
pendekatan saintifik berarti guru tidak cukup berbekal buku teks ke dalam
kelas. Guru perlu selalu menyiapkan bahan pelajaran yang akan siswa amati
sebelum melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran menjadi kontekstual. Guru
tidak memulai dengan memberi tahu siswa sehingga guru tidak bertindak sebagai
satu-satunya sumber belajar.
Jika
tindak lanjut dari pengamatannya adalah pertanyaan atau masalah maka
sesungguhnya guru meletakan fondasi aktivitas pada metode pemecahan masalah
(problem based learning). Apabila tindak lanjut dari pengamatan siswa berusaha
menyingkap kedalaman penomena dengan pertanyaan mengapa sehingga
siswa mencari tahu untuk menemukan hal baru yang ingin diketahuinya maka guru
dapat menerapkan metode inkuiri. Setelah melakukan aktivitas mengamati, siswa
dapat menggunakan kata tanya bagaimana sehingga rasa ingin
tahunya berkembang untuk mendalami proses kerja, maka boleh jadi guru
menggunakan metode proyek untuk menghasilkan karya. Oleh karena itu, dalam
menerapkan pendekatan saintifik dapat mengkombinasikan metode pemecahan
masalah, metode inkuiri, dan metode proyek.
D.
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan
adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori
tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan
sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konep dasar yang
menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan
menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode
ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak
hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi
atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau
berkarya.
Menurut
majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di
Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa
pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang
mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji
secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan
metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa. Pada
penerbitan berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama
yaitu:
1.
Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based
learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative
learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.
- Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
- Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
Metode
Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
melalui kegiatan observasi, mencoba melaksanakan aktivitas, atau
melaksanakan percobaan. Oleh karena itu, pada umumnya, pelaksanaan metode
ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
- Merumuskan pertanyaan.
- Merumuskan latar belakang penelitian.
- Merumuskan hipotesis.
- Menguji hipotesis melalui percobaan.
- Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
- Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
- Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali.
Pada ketujuh langkah kegiatan, pada dasarnya untuk
mengembangkan keterampilan berpikir logis berdasarkan fakta dan teori.
Pertanyaan yang muncul dari pengamatan pada hakekatnya untuk mendalami atau
memperluas cakrawala ilmu. Oleh karena itu, dalam proses pendalam di sini
mencakup aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk meyakinkan bahwa
ilmu pengetahuan yang telah siswa ketahui teruji kebenarannya. Yang menarik di
sini, bagaimana guru mengembangkan keterampilan siswa bertanya. Masalah ini
perlu menjadi penekanan karena dalam pelaksanaan pembelajaran sebelumnya telah
terbentuk kebiasaan guru yang bertanya dan siswa selalu menjawab. Dalam
penerapan kurikulum 2013, siswa menggali informasi dengan diawali dengan
mengamati dan bertanya, lalu siswa mendalami informasi untuk menjawab
pertanyaan. Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk
menerapkan metode ilmiah perlu siswa kembangkan melalui proses pengamatan atau
penelaahan. Berdasarkan teori yang diperolehnya maka siswa dapat
menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan
kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori
menyediakan konsep yang relevan dengan materi pembahasan sehingga teori
menjadi dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian.
Uraian singkat buah pemikiran Rawcett J and Downs F. 1986.
menyatakan bahwa teori dengan penelitian memiliki hubungan yang sangat erat.
Pola hubungannya dialektik sehingga teori ditentukan oleh data yang dikoleksi
sebagai perolehan penelitian. Pada tahap selanjutnya pengolahan data menentukan
peluang diterimanya suatu teori. Disain penelitian dapat menghasilkan tiga ragam
teori yaitu deskriptif, korelasi, dan eksperimen. Penelitian
deskriptif menghasilkan teori deskriptif yang
menggambarkan atau mengklasifikasi karakteristik individu, kelompok, situasi,
atau peristiwa yang disusun secara ringkas dari hasil atau temuan
obeservasi. Yang termasuk pada tipe ini adalah studi kasus, survey,
studi etnografi, dan studi gejala. Jadi, teori deskriptif diperoleh dari
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menjawab pertanyaan;
- Apakah ini?
Penelitian
dan teori relasional yang mempelejari hubungan antara
berbagai dimensi atau karakteristik individu, kelompok, situasi, atau
peristiwa. Pada tipe ini dijelaskan bagaimana hubungan bagian
dari suatu gejala dengan yang lainnya. Teori dapat dibangun setelah
karakteristik atau gejala benar-benar diketahui. Pada riset tipe ini
digunakan pertanyaan:
- Apa yang terjadi di sini?
- Apa yang terjadi jika beberapa karakteristik muncul bersamaan?
Penelitian
dan Teori eksperimental bergerak pada prediksi hubungan
sebab-akibat antara dimensi atau karakteristik suatu gejala atau
perbedaan antar kelompok. Tipe ini berkaitan dengan penyebab dan pengaruh
yang mengeksplorasi persoalan mengapa ada perubahan gejala atau suatu
keadaan. Teori eksplanatori menguji kebenaran dengan riset eksperimen dengan
menggunakan pertanyaan:
- Apa yang akan terjadi jika…?
- Apakah perlakuan A berbeda dengan perlakuan B?
Kemampuan
menguasai teori menurut Krathwohl dapat dipetakan dalam tabel Taksonomi seperti
di bawah ini.
Dimensi
proses kognitif menggambarkan tingkat kecakapan berpikir dari mulai mengingat,
mengerti atau memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
berkreasi. Istilah berkreasi sama dengan mencipta. Pada dimensi
penguasaan ilmu pengetahuan atau teori meliputi penguasaan ilmu pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognif.
Kita
mengetahui bahwa dalam rancangan kurikulum 2013 membedakan siswa sekolah dasar
yang diberi target untuk mengembangkan kompetensi faktual dan konseptual, dan
sekolah menengah mendapat target untuk mengembangkan kemampuannya sampai
prosedural dengan puncak kompetensi pada mencipta.
E.
Penerapan metode ilmiah
Pada pelatihan tahap awal, masalah utama yang guru
hadapi adalah mengubah kebiasaan guru bertanya dan menjelaskan. aktivitas guru
ini perlu diubah dengan mengasah kebiasaan baru yaitu siswa mengamati,
bertanya, dan mencari tahu jawabannya. Guru menjadi fasilitator agar siswa
melaksanakan aktivitasnya. Dalam pelatihan diperoleh fakta bahwa keterlatihan
dalam membuat pernyatanaan agar siswa yang bertanya setelah mengamati sangat
penting. Contohnya guru menyatakan;
- Setelah para siswa mengamati gambar cobalah gunakan kata mengapa agar kalian mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang gambar itu!
- Setelah mengamati teks, silakan membuat pertanyaan dengan menggunakan kata bagaimana tentang isi teks yang telah kalian baca.
- Setelah kalian mengamati tabel, silakan menyiapkan pertanyaan tentang data yang menarik perhatianmu!
Selain menggunakan pernyataan, guru dapat pula menggunakan
pertanyaan untuk membangun rasa ingin tahu siswa seperti:
·
Siapa yang akan mengajukan
pertanyaan tentang isi teks yang telah kalian baca?
·
Pertanyaan apa yang sebaiknya kita
kembangkan untuk menggali infomasi yang lebih dalam tentang fakta yang telah
kalian amati?
·
Siapa yang dapat menyusun
pertanyaan dengan memakai kata mengapa dan bagaimana tentang
materi yang telah kita amati?
Contoh
di atas merupakan bagian dari teknik yang perlu guru kuasai dalam meningkatkan
keterampilan siswa bertanya. Hal perlu diulang-ulang agar kebiasaan yang selama
ini melekat guru bertanya-siswa menjawab dapat berubah. Kelihatannya trik ini
sangat sederhana, namun dalam praktikya hal itu tidak selalu mudah
dilakukan oleh para pendidik. Hal penting lain dalam menerapan pendekatan
ilmiah adalah menentukan kompetensi siswa yang hendak siswa kuasai.
Sebagaiamana diuraikan sebelumnya bahwa guru dapat memfasilitasi siswa pada
tiga tipe pilihan yaitu model deskriptif, relasional, atau eksperimen. Ketiga
tipe tersebut memerlukan teknik eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang
berbeda sehingga akan menghasilkan produk belajar yang berbeda yaitu teori
deskriptif, relasional, dan hasil eksperimen.
Hal berikutnya yang perlu guru perhatian adalah hasil
belajar yang hendak siswa wujudkan. Hal ini terkait dengan perumusan pertanyaan
awal seperti: Bagaimana penggunaan metode ilmiah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka ikutilah langkah berikut.
- Materi; tentukan materi yang akan siswa eksplorasi dalam kegiatan belajar dengan memilih satau satu dari tipe deskriptif, relasional, atau eksperimen.
- Prosedur; susunlah langkah rinci yang akan siswa lakukan dalam melaksanakan penelitian.
- Hasil; tentukan apa yang akan siswa pelajari pada pelaksanaan observasi. Data apa yang akan siswa himpun, diolahnya dan yang siswa tafsirkan.
- Simpulkan hasilnya, informasi yang anda peroleh dari hasil observasi gunakan untuk menjawab pertanyaan yang menjadi masalah sebelum anda melakukan percobaan atau penelitian. Apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis atau menjawab pertanyaan?
Penilaian hasil belajar dapat dilihat dalam tiga dimensi.
Keterampilan berpikir terepleksi pada aktivitas ; Mengamati, Menanya,
Mencoba, Mengolah, Menyaji , Menalar dan Mencipta. Level kecakapan berpikir
terpetakan dalam model Taksonomi : mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Sedangkan dalam penguasaan teori
meliputi faktual, konseptual, dan proseduran. Pada pelakanaannya tidak semua
aktivitas dinilai pada tiap pelaksanaan pembelajaran. Guru dapat memilih
prioritas yang berdasarkan peta Krathwohl. Pelaksanaan kegiatan belajar, misalnya, dalam
dua jam pelajaran dibatasi pada kegiatan kelompok dalam penguasaan fakta,
konsep, dan mencipta pada ranah kognitif level tinggi yaitu analisis, evaluasi,
dan berkreasi pada materi pelajaran yang telah guru tentukan.
F. Model Penerapan Pendekatan Kuntitatif dan Kualitatif
Penerapan metode ilmiah dalam pembelajaran dapat
memilih menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pendekatan adalah
pendekatan yang ilmiah dan sistematis mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena alam. Proses pengukuran menjadi ciri khas
pada penelitian kuantitatif menggambarkan hubungan yang fundamental
antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis pada hubungan-hubungan yang dinyatakan dalam bentuk angka (Wikipedia). Contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel mengatakan
bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka dalam menghadapi masa depan
sejak setahun yang lalu hingga hari ini. Pendekatan
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut
pandang partisipan. Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
Model
penerapan metode dapat dilihat dalam gambar berikut:
Kegiatan bersiklus yang bermula dari indentifikasi masalah,
membatasi masalah, menetapkan fokus kajian, menghimpun data, mengolah dan
membahas data, mencocokkan dengan teori atau hipotesis, dan menyusun serta
menyajikan laporan. Pada model ini dapat mengelola data tidak dengan
menggunakan angka-angka. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah
sebagai sumber data. Peneliti pergi ke lokasi, memahami dan mempelajari
situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian.
Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya
dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Peneliti mendatangi suatu
lingkungan kemudian menggali informasi yang menjadi fokus yang telah
ditentukan. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara,
hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di
lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti
melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan,
membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data
berupa pemaparan mengenai gejala yang diteliti yang disajikan dalam bentuk
uraian naratif.
Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu
peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga
dapat memberikan penjelasan mengenai konsep dan makna yang terkandung
dalam data. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada
hasil. Prinsip-prinsip itulah yang seharusnya guru terapkan dalam proses
pembelajaran sehingga dipastikan siswa tidak hanya aktif dalam kelas, namun
mereka dapat mendatangi alam sekitar untuk melakukan kegiatan belajar di luas
kelas.
Komentar
Posting Komentar